Kamis, 23 Mei 2013

Mencari bakat anak

O2 Arena London, Jumat, 8 Maret 2013, bergetar hebat tatkala seorang pria muda dengan kacamata dan pakaian necis memasuki panggung. Teriakan ribuan wanita muda membahana di seluruh ruangan. Mengalahkan musik yang berdentum keras dari sisi panggung.
Pria muda itu tak lain adalah penyanyi muda fenomenal Justin Bieber. Di usianya yang baru menginjak 19 tahun, ia telah merengkuh kesuksesan luar biasa sebagai seorang penyanyi.
Sederet lagu miliknya tak pernah absen dari tangga lagu mancanegara. Namanya pun ditasbihkan Forbes sebagai salah satu selebritas paling berpengaruh di dunia pada tahun 2012.
Status bintang besar yang kini disandang Bieber barangkali tak akan terwujud tanpa campur tangan sang ibunda, Pattie Mallette. Wanita asal Kanada ini, berperan besar dalam mengarahkan bakat sang anak. Mallette bahkan sudah  mencium bakat musik Bieber sejak anak pertamanya itu masih sangat kecil.
"Ia bermain drum pada saat usia dua tahun. Ia bisa memainkan dengan tepat," kata Mallette saat ditanya kapan tepatnya ia mengetahui bakat musik Bieber, dalam wawancara dengan CBC.
Melihat potensi anaknya yang cukup besar di bidang musik, Mallette mendorong Bieber mempelajari piano, drum, gitar, hingga terompet. Pada tahun 2007, ia pun mendaftarkan Bieber ke acara pencarian bakat Stratford Star.
Membawakan lagu Ne-Yo berjudul So Sick, Bieber berhasil meraih juara dua.  Video Bieber di kompetisi itu kemudian diunggah sang ibunda di media sosial YouTube. Tanpa diduga, video tersebut menarik perhatian banyak orang. Dari situ, jalan hidup Bieber berubah.
Di Tanah Air, pasangan selebritas Darius Sinathrya dan Donna Agnesia juga punya cara tersendiri dalam mencari bakat anak. Mereka memilih mengamati bakat dan minat anak-anak sesuai dengan perkembangan usia. Anak pertama Darius dan Donna, Lionel Nathan Sinathrya misalnya, ditawari les melukis sejak usia empat tahun.
“Dia mau. Setelah kurang lebih satu tahun dia minta berhenti dan sekarang aktif di sekolah (paduan suara) dan beberapa kali ikut lomba. Hal-hal seperti itu yang kita dukung dan beri dorongan supaya dia selalu mengembangkan bakatnya,” ujar Darius kepada VIVAlife.
Apa yang dilakukan Mallette serta pasangan Darius dan Donna bisa jadi dialami para orangtua pada umumnya. Berusaha mengetahui bakat dan minat anak sedini mungkin. Kemudian, memberikan stimulasi yang tepat untuk mendukung potensi.  Saat ini, begitu banyak tes yang dapat dilakukan para orangtua untuk mengenal bakat buah hati mereka. Sebut saja analisa sidik jari hingga observasi.
Analisa Sidik Jari
Melalui teknologi analisia sidik jari atau fingerprint analysis, orangtua bisa mendeteksi bakat anak sejak usia tiga bulan. Analisa sidik jari merupakan metode pemindaian sidik jari untuk mengetahui gaya kerja otak yang paling dominan. Kerja otak sangat berkaitan dengan potensi atau bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar anak.
“Analisa sidik jari bukan ramalan, melainkan lawan dari ramalan karena bukan melihat ke masa depan, tapi justru melihat apa yang dibawa anak sejak lahir,” ujar psikolog anak Efnie Indrianie.
Menurutnya, sidik jari terbentuk ketika janin berusia 13-24 minggu, bersamaan dengan pembentukan susunan saraf otak. Sehingga hal ini bisa menjadi peta yang dibawa anak sejak lahir menggambarkan potensinya.
“Sidik jari bersifat permanen, tidak bisa berubah, unik, tidak akan pernah sama sekalipun satu jari dengan jari lainnya di tangan yang sama. Hebatnya lagi, analisis ini bersifat objektif tanpa dipengaruhi unsur kondisi fisik (sehat atau sakit,red) dan unsur psikologis (sedih, senang, stres, red). Betul-betul bersifat apa adanya,” katanya.
Pengenalan potensi bawaan ini diharapkan membantu orangtua menerapkan cara belajar paling efektif bagi si kecil dalam mewujudkan cita-citanya. Analisa sidik jari bukan pengganti psikotes, tapi bisa menjadi pelengkap.
“Psikotes hanya untuk melihat perkembangan kecerdasan seseorang, tapi dengan adanya finger print yang dilengkapi dengan psikotes, pemeriksaan soal kepribadian anak akan lebih lengkap dan komplit,” katanya.
Analisa Sidik Jari
Mengenal bakat anak bisa dilakukan dengan analisa sidik jari. Foto: Parenthots.com
Adapun proses untuk analisa sidik jari tidak membutuhkan waktu lama. Cukup memindai sepuluh jari anak pada sebuah alat khusus. Kemudian, hasil pindaian sidik jari muncul di layar komputer. Dengan program khusus,  bakat anak akan dianalisa dan hasilnya bisa diketahui dalam hitungan menit.
Observasi
Cara lain yang bisa dilakukan untuk mengenali bakat anak adalah dengan melakukan oberservasi mendalam. Dalam hal ini orangtua harus membedakan terlebih dahulu minat dan bakat. Menurut psikolog Ratih Ibrahim, bakat adalah hal-hal yang menonjol dalam diri anak.  Sementara minat pada dasarnya bisa dikondisikan. Terkait dengan suka atau tidak suka anak pada suatu hal.
Ia juga menjelaskan, bakat pada dasarnya terbagi dua. Ada bakat yang terlihat, ada pula bakat terpendam atau belum muncul. Bakat yang telihat biasanya disebut sebagai potensi
Untuk mengetahui bakat anak, kata Ratih, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama, mengamati. Kedua, anak dipaparkan dengan berbagai kegiatan yang terlihat pada perilaku. Ketiga, melihat minat dimana dalam hal ini orangtua sebaiknya tak terlalu memaksakan kehendak.
“Kalau saya lebih memilih diasah bakatnya sejak masuk SD. Kalau masih duduk di Taman Kanak-Kanak, masih terlalu kecil. Usia TK merupakan masa dimana anak mencoba segala macam hal,” kata Ratih.
Lingkungan Turut Mendukung
Pemerhati anak, Seto Mulyadi juga mengatakan bahwa perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan memiliki pengaruh yang begitu besar terhadap perkembangan bakat anak.
Menurutnya, bakat yang diturunkan secara genetik belum tentu berkembang jika lingkungan anak tidak kondusif. Ia mengatakan bahwa lingkungan anak haruslah mendukung potensi anak sepenuhnya .
"Contohnya seperti anak-anak Ahmad Dhani. Ketiganya memiliki bakat dalam bermusik yang diturunkan oleh sang ayah yang merupakan musisi dan pencipta lagu. Lingkungan tempat tumbuh anak-anaknya juga mendukung mereka dalam mengembangkan bakat bermusik karena mereka sejak kecil terbiasa dengan alat-alat musik dan sebagainya," ucap pria yang biasa disapa dengan panggilan Kak Seto ini.
Kak Seto menambahkan bahwa faktor gizi, terutama ASI juga sama pentingnya dalam hal mengembangkan dan membantu menstimulasi otak sedari dini. Gizi dan nutrisi lainnya yaitu zat besi, kalsium, vitamin dan sebagainya.
Ia juga menjelaskan, anak ibarat bibit unggul yang tidak diketahui akan menjadi pohon atau tanaman apa. Yang terpenting adalah tanahnya. Jika tanahnya bagus dan subur, maka bibit tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar