Pria muda itu tak lain
adalah penyanyi muda fenomenal Justin Bieber. Di usianya yang baru
menginjak 19 tahun, ia telah merengkuh kesuksesan luar biasa sebagai
seorang penyanyi.
Sederet lagu miliknya tak pernah absen dari tangga lagu mancanegara. Namanya pun ditasbihkan Forbes sebagai salah satu selebritas paling berpengaruh di dunia pada tahun 2012.
Status bintang besar yang
kini disandang Bieber barangkali tak akan terwujud tanpa campur tangan
sang ibunda, Pattie Mallette. Wanita asal Kanada ini, berperan besar
dalam mengarahkan bakat sang anak. Mallette bahkan sudah mencium bakat
musik Bieber sejak anak pertamanya itu masih sangat kecil.
"Ia bermain drum pada
saat usia dua tahun. Ia bisa memainkan dengan tepat," kata Mallette saat
ditanya kapan tepatnya ia mengetahui bakat musik Bieber, dalam
wawancara dengan CBC.
Melihat potensi anaknya
yang cukup besar di bidang musik, Mallette mendorong Bieber mempelajari
piano, drum, gitar, hingga terompet. Pada tahun 2007, ia pun
mendaftarkan Bieber ke acara pencarian bakat Stratford Star.
Membawakan lagu Ne-Yo berjudul So Sick, Bieber berhasil meraih juara dua. Video Bieber di kompetisi itu kemudian diunggah sang ibunda di media sosial YouTube. Tanpa diduga, video tersebut menarik perhatian banyak orang. Dari situ, jalan hidup Bieber berubah.
Di Tanah Air, pasangan
selebritas Darius Sinathrya dan Donna Agnesia juga punya cara tersendiri
dalam mencari bakat anak. Mereka memilih mengamati bakat dan minat
anak-anak sesuai dengan perkembangan usia. Anak pertama Darius dan
Donna, Lionel Nathan Sinathrya misalnya, ditawari les melukis sejak usia
empat tahun.
“Dia mau. Setelah kurang
lebih satu tahun dia minta berhenti dan sekarang aktif di sekolah
(paduan suara) dan beberapa kali ikut lomba. Hal-hal seperti itu yang
kita dukung dan beri dorongan supaya dia selalu mengembangkan bakatnya,”
ujar Darius kepada VIVAlife.
Apa yang dilakukan
Mallette serta pasangan Darius dan Donna bisa jadi dialami para orangtua
pada umumnya. Berusaha mengetahui bakat dan minat anak sedini mungkin.
Kemudian, memberikan stimulasi yang tepat untuk mendukung potensi. Saat
ini, begitu banyak tes yang dapat dilakukan para orangtua untuk
mengenal bakat buah hati mereka. Sebut saja analisa sidik jari hingga
observasi.
Analisa Sidik Jari
Melalui teknologi analisia sidik jari atau fingerprint analysis,
orangtua bisa mendeteksi bakat anak sejak usia tiga bulan. Analisa
sidik jari merupakan metode pemindaian sidik jari untuk mengetahui gaya
kerja otak yang paling dominan. Kerja otak sangat berkaitan dengan
potensi atau bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar anak.
“Analisa sidik jari bukan
ramalan, melainkan lawan dari ramalan karena bukan melihat ke masa
depan, tapi justru melihat apa yang dibawa anak sejak lahir,” ujar
psikolog anak Efnie Indrianie.
Menurutnya, sidik jari
terbentuk ketika janin berusia 13-24 minggu, bersamaan dengan
pembentukan susunan saraf otak. Sehingga hal ini bisa menjadi peta yang
dibawa anak sejak lahir menggambarkan potensinya.
“Sidik jari bersifat
permanen, tidak bisa berubah, unik, tidak akan pernah sama sekalipun
satu jari dengan jari lainnya di tangan yang sama. Hebatnya lagi,
analisis ini bersifat objektif tanpa dipengaruhi unsur kondisi fisik
(sehat atau sakit,red) dan unsur psikologis (sedih, senang, stres, red).
Betul-betul bersifat apa adanya,” katanya.
Pengenalan potensi bawaan
ini diharapkan membantu orangtua menerapkan cara belajar paling efektif
bagi si kecil dalam mewujudkan cita-citanya. Analisa sidik jari bukan
pengganti psikotes, tapi bisa menjadi pelengkap.
“Psikotes hanya untuk
melihat perkembangan kecerdasan seseorang, tapi dengan adanya finger
print yang dilengkapi dengan psikotes, pemeriksaan soal kepribadian anak
akan lebih lengkap dan komplit,” katanya.
Mengenal bakat anak bisa dilakukan dengan analisa sidik jari. Foto: Parenthots.com
Adapun proses untuk
analisa sidik jari tidak membutuhkan waktu lama. Cukup memindai sepuluh
jari anak pada sebuah alat khusus. Kemudian, hasil pindaian sidik jari
muncul di layar komputer. Dengan program khusus, bakat anak akan
dianalisa dan hasilnya bisa diketahui dalam hitungan menit.
Observasi
Cara lain yang bisa
dilakukan untuk mengenali bakat anak adalah dengan melakukan oberservasi
mendalam. Dalam hal ini orangtua harus membedakan terlebih dahulu minat
dan bakat. Menurut psikolog Ratih Ibrahim, bakat adalah hal-hal yang
menonjol dalam diri anak. Sementara minat pada dasarnya bisa
dikondisikan. Terkait dengan suka atau tidak suka anak pada suatu hal.
Ia juga menjelaskan,
bakat pada dasarnya terbagi dua. Ada bakat yang terlihat, ada pula bakat
terpendam atau belum muncul. Bakat yang telihat biasanya disebut
sebagai potensi
Untuk mengetahui bakat
anak, kata Ratih, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Pertama,
mengamati. Kedua, anak dipaparkan dengan berbagai kegiatan yang terlihat
pada perilaku. Ketiga, melihat minat dimana dalam hal ini orangtua
sebaiknya tak terlalu memaksakan kehendak.
“Kalau saya lebih memilih
diasah bakatnya sejak masuk SD. Kalau masih duduk di Taman Kanak-Kanak,
masih terlalu kecil. Usia TK merupakan masa dimana anak mencoba segala
macam hal,” kata Ratih.
Lingkungan Turut Mendukung
Pemerhati anak, Seto
Mulyadi juga mengatakan bahwa perpaduan antara faktor genetik dan
lingkungan memiliki pengaruh yang begitu besar terhadap perkembangan
bakat anak.
Menurutnya, bakat yang
diturunkan secara genetik belum tentu berkembang jika lingkungan anak
tidak kondusif. Ia mengatakan bahwa lingkungan anak haruslah mendukung
potensi anak sepenuhnya .
"Contohnya seperti anak-anak Ahmad Dhani.
Ketiganya memiliki bakat dalam bermusik yang diturunkan oleh sang ayah
yang merupakan musisi dan pencipta lagu. Lingkungan tempat tumbuh
anak-anaknya juga mendukung mereka dalam mengembangkan bakat bermusik
karena mereka sejak kecil terbiasa dengan alat-alat musik dan
sebagainya," ucap pria yang biasa disapa dengan panggilan Kak Seto ini.
Kak Seto menambahkan
bahwa faktor gizi, terutama ASI juga sama pentingnya dalam hal
mengembangkan dan membantu menstimulasi otak sedari dini. Gizi dan
nutrisi lainnya yaitu zat besi, kalsium, vitamin dan sebagainya.
Ia juga menjelaskan, anak
ibarat bibit unggul yang tidak diketahui akan menjadi pohon atau
tanaman apa. Yang terpenting adalah tanahnya. Jika tanahnya bagus dan
subur, maka bibit tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar